Bila ada orang yang kelewatan, baik perbuatan, maupun perilakunya,
secara kita juga ga punya ilmu, gimana yang benarnya? Ya doa aja. Asli
doa aja.
Saya memahami diri saya ga bisa menafsirkan. Maksimum hanya
mentadabburi. Mencari ilmu, mencari pembelajaran dan mencari hikmah,
bukan menafsirkan. Maka jika ada kawan yang belom mencapai derajat
menafsirkan, lalu menafsirkan, saya kagum. Berani banget. Apa ga takut
salah? Apalagi ga ada kata-kata wallaahu a’lam bish-showaab nya. Ga ada kata-kata hanya Allah yang tau kebenarannya. Akhirnya cuma bisa doa dan mendoakan.
Saya lebih sering mengambil posisi doa dan mendoakan. Manakala banyak
kawan-kawan yang puinter-puinter, tapi bikin dahi berkernyit, pikir
saya, ah tentu karena diri ini yang tak mampu memahami pemikiran,
perkataan, dan perbuatan kawan-kawan tersebut. Akhirnya, lagi-lagi doa
dan mendoakan.
Banyaknya ilmu, bisa jadi menjauhkan dari kebenaran, jika sujudnya ga
benar. Ibadah-ibadah wajibnya rusak. Zikirnya kurang. Imannya tipis.
Dan ini, saya banget. Karena itu saya minta didoakan juga. Jangan ampe
jadi orang belagu ketika mengeluarkan pemikiran, perkataan, dan
perbuatan. Takut banget Allah ga ridho. Menjadi sikap saya, untuk
memilih jangan jadi orang yang bebas banget mikir, berkata, dan berbuat.
Sebab semua bakal dipertanggungjawabkan. Ngeri.
Makasih ya kawan-kawan atas doanya. Sering, yang namanya masih murid,
tapi udah ngelampauin guru. Jangan sampe saya begini. Makasih sekali
lagi.
Walaupun berbeda pendapat, masih bisakah kita duduk bareng?
Walaupun berbeda pendapat dan pendapatan, masa ga bisa duduk bareng?
Ga akur? Bisa insyaaAllah. Duduk bareng paling enak, di tukang mie rebus
sambil ngupi. Ketika berbeda, cari hal-hal yang sama. Untuk hal yang
berbeda itu, kembalikan ke Allah. Ojo ngotot-ngotot. Carane ya dungo. Caranya ya doa. Minta hidayah.
Sebisa mungkin, kawan-kawan juga hati-hati dalam berpikir, berkata, dan berbuat. Bismillaah dulu apa-apa. Supaya bukan kesombongan yang Nampak, supaya lurus.
Biar pinternya ga ketulungan, kudu banyak-banyak istighfar. Kayak malaikat. Manteb. Jangan kayak iblis. Malaikat tetep merunduk dan nunduk. Pinter, tapi santun. Ga ngenyek, ga nyindir, ga nganggep orang lain bodoh, bakal tambah cakep kepinterannya. Mulia dan santun. Ga nganggep yang lain hina. Bakal tambah kemuliaannya. Kaya, dan ga sombong, maka kekayaannya itu malah enak diliat dan menginspirasi.
Bodoh itu bukannya ga pinter. Kadang orang pinter, yang sekolahnya tinggi, bisa nampak bodoh. Kapan disebut seperti ini hayooo…? He he he
Assalamu'alaikum..
By Farza MasterIT
0 komentar:
Posting Komentar